Moto Razr 60 siap rilis di Indonesia, membawa desain ikonik untuk menantang dominasi Samsung dan Oppo

Moto Razr 60 datang dengan desain ikonik, layar lipat modern, dan strategi baru Motorola yang siap mengguncang pasar ponsel lipat Indonesia.

Moto Razr 60 siap rilis di Indonesia, membawa desain ikonik untuk menantang dominasi Samsung dan Oppo
Moto Razr 60 siap rilis di Indonesia, membawa desain ikonik dan strategi baru Motorola di pasar foldable (Motorola)

Motorola tidak sekadar membawa ponsel baru. Moto Razr 60 adalah sinyal bahwa pasar ponsel lipat Indonesia sedang memasuki fase baru—fase ketika dominasi dua merek besar mulai dipertanyakan dan ruang kompetisi kembali terbuka. Momen penting itu dimulai ketika perangkat ini resmi lolos sertifikasi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) pada Oktober 2025, sebuah tahapan yang biasanya hanya terjadi ketika peluncuran sudah “di pintu”.

Indonesia adalah pasar kunci di Asia Tenggara, dan Motorola membaca peluang ini dengan tepat. Pasar foldable sedang naik daun, tetapi pilihannya masih sempit. Kehadiran Razr 60 berpotensi mengganggu ritme yang selama ini ditentukan Samsung Galaxy Z Flip dan Oppo Find N3 Flip.

Mari kita telusuri apa saja yang membuat perangkat ini relevan—bukan hanya secara teknis, tetapi juga secara budaya dan strategis.

Spesifikasi Moto Razr 60 Indonesia: desain, layar, chipset, kamera, baterai, dan prediksi harga (Motorola)

Desain: Nostalgia yang Dipoles Ulang Untuk Generasi Baru

Motorola memainkan kartu yang jarang berani dimainkan kompetitornya: nostalgia yang terhubung ke era Razr V3, sebuah ikon budaya pop awal 2000-an.

Namun nostalgia saja tidak cukup. Razr 60 hadir dengan profil yang sangat modern: ketebalan hanya 7,3 mm saat dibuka dan bobot 188 gram. Dua angka itu membuatnya menjadi salah satu ponsel lipat paling ringkas di kelasnya.

Dua layar, dua konteks penggunaan

  • Layar utama: 6,9 inci LTPO AMOLED, resolusi 1080×2640, refresh rate adaptif, HDR10+.
  • Layar luar: 3,6 inci, persegi 1056×1066, Gorilla Glass Victus.

Layar luar bukan gimmick. Pengguna dapat membalas pesan, mengakses kamera, mengontrol musik, dan membuka aplikasi ringan tanpa membuka ponsel sama sekali. Model interaksi ini semakin penting untuk generasi yang membutuhkan respon cepat namun tetap ingin hemat waktu dan baterai.

Performa: Dimensity 7400X yang Dioptimalkan Untuk Efisiensi

Kesalahan umum saat menilai ponsel foldable adalah terjebak pada angka chipset, bukan pada optimisasi. Motorola memilih MediaTek Dimensity 7400X (4 nm), ditemani RAM 8 GB dan penyimpanan 256 GB.

Chipset ini memang bukan kelas flagship, tetapi bukan itu poinnya. Razr 60 dirancang untuk efisiensi—multitasking yang stabil, pengalaman kamera konsisten, dan performa AI yang memadai tanpa menguras baterai.

Keputusan untuk menghilangkan slot microSD bisa mengecewakan sebagian pengguna, namun pendekatan itu konsisten dengan strategi foldable modern yang mengandalkan cloud storage sebagai standar baru.

Moto Razr 60 siap rilis di Indonesia, membawa desain ikonik dan strategi baru Motorola di pasar foldable (Motorola)

Kamera: Kualitas yang Konsisten Pada Dua Dunia—Foto dan Video

Konfigurasi kameranya bukan untuk memamerkan angka, tetapi untuk menjaga konsistensi:

  • 50 MP utama + OIS
  • 13 MP ultra-wide
  • 32 MP kamera depan dengan perekaman 4K

Keberadaan OIS pada ponsel lipat mid-premium adalah keputusan cerdas. Ini meningkatkan keandalan foto low-light—sesuatu yang sering menjadi titik lemah foldable. Sementara itu, kamera depan 32 MP dengan video 4K memperlihatkan bahwa Motorola memang ingin merangkul konten kreator yang mengutamakan kualitas visual.

Baterai & Ketahanan: 4.500 mAh, Fast Charging, dan Rating IP48

Razr 60 mengusung baterai 4.500 mAh—angka yang tidak lazim besar untuk ponsel lipat setipis ini. Pengisian daya 30W (kabel) dan 15W (nirkabel) memang tidak menyaingi ponsel flagship tertentu, namun tetap memadai untuk rutinitas harian.

Yang menarik adalah rating IP48, sebuah level perlindungan yang menunjukkan kepercayaan Motorola terhadap rekayasa engsel dan segel internalnya. Ini langkah besar, mengingat sebagian besar ponsel lipat masih enggan mengambil risiko pada sertifikasi ketahanan air.

Posisi Strategis di Pasar Indonesia

Hingga saat ini, pemain utama pasar foldable Indonesia hanya dua:

  • Samsung Galaxy Z Flip 5/6
  • Oppo Find N3 Flip

Keduanya kuat secara ekosistem dan pemasaran, tetapi memiliki satu celah: harga yang terus bergerak naik.

Di sinilah Moto Razr 60 berpotensi masuk sebagai alternatif yang rasional—lebih terjangkau, lebih ringkas, dan membawa daya tarik emosional yang tidak dapat dibeli oleh brand baru mana pun: warisan Razr.

Generasi milenial yang tumbuh dengan Razr V3 melihat perangkat ini sebagai nostalgia yang diperbarui, sedangkan Gen Z melihatnya sebagai desain ringkas yang tidak kehilangan karakter.

Harga dan Ketersediaan: Perkiraan di Indonesia

Belum ada pengumuman resmi dari Motorola Indonesia, namun mengacu pada harga global sekitar $699 (sekitar Rp11 juta), besar kemungkinan perangkat ini akan dijual di kisaran Rp10–12 juta.

Jika prediksi ini tepat, Razr 60 akan menjadi ponsel lipat premium paling terjangkau yang tersedia resmi di Tanah Air.

Dan karena sudah lolos TKDN, kehadirannya tinggal menunggu waktu—biasanya hitungan minggu.

Kesimpulan: Motorola Kembali Dengan Tujuan yang Lebih Besar

Moto Razr 60 bukan nostalgia yang sekadar dibangkitkan ulang, tetapi reinterpretasi yang memadukan desain berkarakter, layar modern, kamera stabil, chipset efisien, dan sertifikasi ketahanan yang jarang ditemukan pada ponsel lipat ringkas.

Lebih dari sekadar produk, Razr 60 adalah strategi Motorola untuk kembali menancapkan pengaruhnya di Indonesia. Dan jika harganya konsisten dengan prediksi global, perangkat ini bisa menjadi titik balik pasar foldable Tanah Air—membuka ruang kompetisi yang lebih sehat dan akhirnya memberi konsumen lebih banyak pilihan.

Siapkan dompet. Era baru ponsel lipat ringkas di Indonesia sedang dimulai.