Review Motorola Edge 60 Pro: Bukan Flagship Tapi Serba Bisa, Kamera Telefoto dan AI Jadi Senjata Utama

Motorola Edge 60 Pro hadir di kelas Rp7 jutaan dengan kamera telefoto, performa kencang, dan fitur AI melimpah untuk kebutuhan harian.

Review Motorola Edge 60 Pro: Bukan Flagship Tapi Serba Bisa, Kamera Telefoto dan AI Jadi Senjata Utama
Review Motorola Edge 60 Pro: Bukan Flagship Tapi Serba Bisa, Kamera Telefoto dan AI Jadi Senjata Utama (Foto: Motorola)

Comeback Motorola di Indonesia bukan sekadar nostalgia. Lewat Edge 60 Pro, mereka langsung masuk ke segmen yang paling padat dan paling sulit yakni kelas Rp7 jutaan. Ini wilayah yang biasanya diisi ponsel dengan satu keunggulan menonjol lalu kompromi di sisi lain. Edge 60 Pro justru mencoba sebaliknya, menawarkan paket yang seimbang dengan dua senjata utama kamera telefoto dan fitur AI yang benar benar dipakai.

Motorola Edge 60 Pro tidak memposisikan diri sebagai flagship killer. Ia lebih jujur. Ini ponsel kelas menengah premium yang ingin terasa lengkap tanpa harus memaksakan diri mengejar spesifikasi ekstrem.

Desain yang Tidak Sekadar Cantik di Foto

Kesan pertama Edge 60 Pro langsung terasa beda. Finishing matte bertekstur membuat punggungnya tidak licin dan tidak mudah kotor. Ini bukan desain yang hanya bagus di etalase, tapi terasa fungsional saat dipakai tanpa casing.

Lengkungan di keempat sisi memberi ilusi bodi yang lebih tipis dari ukuran sebenarnya. Ergonominya sangat baik, bahkan untuk penggunaan satu tangan. Di titik ini, layar lengkung bukan sekadar gaya, tapi membantu kenyamanan genggaman.

Nilai tambah besar datang dari durabilitas. Sertifikasi IP68 dan IP69 serta standar militer membuat Edge 60 Pro terasa seperti ponsel yang siap dipakai bertahun tahun tanpa rasa khawatir berlebihan.

Layar Lengkung yang Masih Punya Alasan

Layar pOLED 6,7 inci dengan refresh rate hingga 120Hz tampil tajam, cerah, dan sangat responsif. Kecerahan tinggi membuatnya nyaman di luar ruangan, sementara kemampuan meredup ekstrem membuat mata tetap aman saat digunakan malam hari.

Di saat banyak produsen mulai meninggalkan layar lengkung, Motorola justru memanfaatkannya lewat fitur Edge Light. Notifikasi visual di tepian layar mungkin terlihat sepele, tapi dalam pemakaian harian cukup membantu tanpa harus menyalakan layar penuh.

Ini bukan layar terbaik di kelasnya, tapi jelas salah satu yang paling nyaman untuk konsumsi konten dan penggunaan panjang.

AI yang Tidak Berhenti di Sekadar Label

Bagian paling menarik dari Edge 60 Pro ada di pendekatan AI nya. Moto AI tidak terasa seperti fitur pamer, tapi alat bantu nyata.

Ringkasan notifikasi, transkripsi audio, pengelolaan memori berbasis foto dan screenshot, sampai pembuatan konten sederhana semuanya terintegrasi rapi. Fakta bahwa sebagian besar fitur ini sudah mendukung bahasa Indonesia membuat perbedaannya terasa signifikan dibanding AI kompetitor.

Keberadaan tombol AI fisik juga penting. Ini mempercepat akses dan memberi kesan bahwa AI memang dimaksudkan untuk dipakai, bukan disembunyikan di menu.

Ditambah Circle to Search dan kehadiran beberapa chatbot AI lain, Edge 60 Pro menjadi salah satu ponsel Android dengan ekosistem AI paling aktif di kelasnya.

Performa yang Tenang tapi Meyakinkan

Chipset Dimensity 8350 Extreme bukan nama yang bombastis, tapi performanya solid. Multitasking berat, split screen, dan perpindahan aplikasi berjalan lancar tanpa gejala lag.

Untuk gaming, performanya cukup kuat. Game berat bisa dimainkan dengan pengaturan tinggi, meski tidak selalu stabil di frame rate tertinggi. Namun yang penting, performanya konsisten dan tidak agresif menaikkan suhu.

Edge 60 Pro bukan ponsel untuk gamer hardcore, tapi untuk pengguna umum yang butuh performa stabil sepanjang hari, ini justru karakter yang lebih ideal.

Baterai Besar yang Benar Benar Dipakai

Baterai 6.000 mAh terasa seperti keputusan berani mengingat bodinya yang relatif ramping. Dalam penggunaan normal, ponsel ini bisa bertahan dari pagi sampai malam dengan sisa daya yang masih aman.

Pengisian cepat 90W adalah bonus besar. Dalam kondisi mendesak, isi daya singkat sudah cukup untuk berjam jam pemakaian. Memang ada konsekuensi panas saat mode boost aktif, tapi Motorola masih memberi kontrol ke pengguna.

Untuk aktivitas harian, kombinasi baterai besar dan pengisian cepat ini sangat memanjakan.

Kamera Telefoto yang Jadi Pembeda Nyata

Di kelas Rp7 jutaan, kamera telefoto bukan hal umum. Edge 60 Pro menjadikannya salah satu alasan utama membeli ponsel ini.

Kamera utama 50 MP menghasilkan foto yang konsisten dengan warna natural dan detail tajam. Dynamic range nya luas tanpa terlihat berlebihan.

Telefoto 3x adalah bintang sebenarnya. Hasil zoom optiknya bersih, detail, dan tidak terasa seperti kamera tambahan. Untuk konser, street photography, atau potret jarak menengah, kamera ini benar benar kepakai.

Kamera ultrawide dan kemampuan makro juga solid, bukan sekadar pelengkap. Di kondisi low light, kamera masih mampu menjaga detail tanpa noise berlebihan.

Kamera depan menghasilkan selfie yang tajam dan natural, meski absennya autofokus bisa jadi catatan untuk pengguna tertentu.

Kekurangan yang Perlu Diterima dengan Realistis

Tidak ada ponsel yang sempurna. Layar lengkung tetap bukan selera semua orang. Netflix belum mendukung HDR penuh. Bloatware masih ada meski bisa dihapus.

Namun kekurangan ini tidak merusak karakter utama Edge 60 Pro. Semuanya masih dalam batas kompromi yang wajar untuk kelas harga ini.

Kesimpulan Redaksi

Motorola Edge 60 Pro bukan ponsel yang mencoba mencuri perhatian lewat satu fitur ekstrem. Kekuatannya justru ada di keseimbangan.

Kamera telefoto yang benar benar berguna, AI yang terasa dipakai sehari hari, performa stabil, baterai besar, dan desain yang nyaman membuatnya tampil sebagai paket yang matang.

Jika Anda mencari ponsel Rp7 jutaan yang serba bisa tanpa harus ikut arus mainstream, Edge 60 Pro adalah pilihan yang sangat layak. Ini bukan flagship, tapi jelas salah satu ponsel paling lengkap dan paling masuk akal di kelasnya saat ini.